Buku "Informasi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di Kabupaten Halmahera Selatan" yang diterbitkan oleh Stasiun Meteorologi Oesman Sadik, publikasi ini menjadi yang pertama dari BMKG di Halmahera Selatan. Buku ini dirancang untuk menyediakan informasi penting kepada masyarakat dan pemerintah daerah, dengan harapan dapat meningkatkan pemahaman publik mengenai data BMKG serta mendukung perencanaan strategis di berbagai sektor vital seperti pendidikan, pertanian, transportasi, dan mitigasi bencana. Kabupaten Halmahera Selatan memiliki karakteristik iklim dengan pola hujan ekuatorial, yang berarti mengalami dua puncak musim hujan dalam setahun. Menurut data periode 1991-2020, awal musim hujan umumnya terjadi pada dasarian kedua bulan November, sementara awal musim kemarau seragam dimulai pada dasarian pertama Agustus. Analisis curah hujan dari tahun 2014 hingga 2024 menunjukkan variasi pola di empat wilayah utama. Di Kayoa, puncak hujan terjadi pada Mei-Juni dan November-Desember , sedangkan di Labuha puncak hujan tercatat pada Juni-Juli dan Desember. Wilayah Laiwui di Pulau Obi menunjukkan pola yang unik dengan puncak utama pada bulan Juli , dan Saketa memiliki satu puncak hujan yang sangat dominan pada bulan Juni. Dengan indeks risiko bencana yang tinggi, Halmahera Selatan menempati peringkat ke-13 secara nasional, di mana banjir dan tanah longsor menjadi bencana hidrometeorologi yang paling sering terjadi. Studi kasus banjir besar pada 22 Juni 2025 di Bacan, yang dipicu oleh curah hujan sangat lebat sebesar 187.2 mm/hari, menunjukkan adanya kombinasi beberapa faktor pemicu. Penyebabnya adalah kondisi atmosfer yang sangat tidak stabil, tingkat kelembapan udara yang jenuh mencapai 90-100%, serta adanya sirkulasi angin tekanan rendah dan zona konvergensi yang memicu pertumbuhan awan hujan secara masif. Sebagai daerah kepulauan, wawasan cuaca maritim menjadi kunci keselamatan. Data historis dari tahun 2000-2024 menunjukkan bahwa gelombang tertinggi, berkisar antara 1.5 hingga 2.5 meter, terjadi pada periode Desember hingga Februari akibat pengaruh monsun barat. Kecepatan angin di perairan mencapai puncaknya pada bulan Agustus. Wilayah ini juga memiliki tipe pasang surut campuran dominan harian ganda, di mana periode pasang purnama terjadi dua kali sebulan dan berpotensi menyebabkan banjir rob. Untuk sektor penerbangan di Bandara Oesman Sadik, data klimatologi menunjukkan puncak musim hujan terjadi pada bulan Juni, meskipun rekor curah hujan tertinggi justru tercatat pada Agustus. Dari segi keselamatan, frekuensi jarak pandang di bawah 5000 meter paling tinggi terjadi pada bulan Juli, dengan waktu paling kritis umumnya pada sore hari antara pukul 14:00 hingga 17:00 WIT. Kondisi angin di bandara lebih dari 50% bersifat tenang, namun saat angin bertiup, crosswind (angin samping) menjadi yang paling dominan dan berbahaya. Dari sisi geofisika, Halmahera Selatan berada di zona pertemuan tiga lempeng tektonik besar, menjadikannya wilayah dengan aktivitas seismik yang tinggi. Aktivitas gempa bersumber dari empat sesar utama yang merupakan percabangan dari Sesar Sorong. Selama periode 2015 hingga Maret 2025, tercatat 844 kejadian gempabumi, dengan 74 di antaranya dirasakan warga. Mayoritas gempa yang terjadi bersifat dangkal dan berkekuatan antara M 3 hingga M 5. Gempa paling merusak dalam periode ini adalah gempa berkekuatan M 7.2 pada 14 Juli 2019 yang disebabkan oleh aktivitas sesar Sorong-Bacan.
-
INFORMASI METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA DI KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
Tim Stasiun Meteorologi Oesman Sadik - Halmahera Selatan
Penerbit :
Stasiun Meteorologi Kelas III Oesman Sadik - Halmahera Selatan
Tahun :
2025
Buku Terbitan Daerah
Meteorologi Klimatologi Geofisika Karakteristik Lokal Daerah Halmahera Selatan Maluku Utara
-
No Scan-
-
No Klasifikasi551.5
-
ISBN-
-
ISSN-
-
No Registrasi-
-
Lokasi TerbitHalmahera Selatan
-
Jumlah Hal58
-
Label-
-
Versi DigitalYA
-
Versi FisikTIDAK
-
Lokasi Rak Buku Fisik//
-
Jumlah Exemplar Fisik Tersedia-