OPTIMALISASI SOSIALISASI MITIGASI GEMPA BUMI MELALUI STANDARISASI SIMULASI TANGGAP GEMPA BUMI DAN SUNAMI

Sejak Tahun 2005, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telahmembangun Sistem Peringatan Dini Tsunami atau yang bisa dikenal sebagai Indonesia Tsunami Early Warning System (Ina TEWS) dan diresmikan pada Tahun 2008. Sistem tersebut merupakan end to end system yang secara garis besar terdiri dari komponen struktur dan kultur. Dari sisi komponen struktur, sistem tersebut telah banyak membangun sistem monitoring, analisa, dan diseminasi informasi gempbumi dan tsunami. Sedangkan disisi kultur, beberapa kegiatan juga telah dilaksanakan demi membangun kapasitas seluruh komponen bangsa dalam aspek peningkatan kesiapsiagaan terhadap risiko gempabumi dan tsunami. Berdasarkan temuan di lapangan peristiwa tersebut mengindikasikan kurangnya pemahaman dan sikap tanggap masyarakat terhadap gempabumi dan tsunami. Di sisi lain, sebagian besar pemerintah daerah dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), masih menghadapi berbagai kendala Set- elah diresmikannya InaTEWS, beberapa peristiwa gempabumi telah menguji tidak hanyak komponen struktur tetapi juga komponen kultur dari sistem tersebut. Peristiwa Gempabumi Bantul 2005, gempabumi Tasikmalaya September 2009, gempabumi Tapanuli Tengah Oktober 2011, dan gempabumi Kebumen Januari 2014, telah menimbulkan banyak korban jiwa serta memicu kepanikan masyarakat karena kekhawatiran akan tsunami. Selain itu, gempabumi yang diikuti peringatan dini tsunami seperti gempabumi Padang September 2009, gempabumi Jawa April 2011, gempabumi Sumatera April 2012, gempabumi Halmahera November 2014, dan gempabumi Samudera Hindia Barat Mentawai 2 Maret 2016, juga telah memberikan catatan bagi kesiapsiagaan pemerintah dan masyarakat Indonesia terhadap upaya mitigasi gempabumi dan tsunami.